Close

" The Character Building University "

Indri Heriska, Keterbatasan Ekonomi dan Cumlaude

MEDAN – Keterbatasan ekonomi bukan menjadi hambatan untuk meraih prestasi. Bahkan keterbatasan, memunculkan semangat pantang menyerah untuk meraih kesuksesan. Hal ini dibuktikan oleh Indri Heriska, salah satu mahasiswa peraih IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tertinggi pada Wisuda Unimed, 27-28 November 2018. Mahasiswi prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) ini meraih cumlaude dengan IPK 3,92.

Karena keterbatasan ekonomi pula Indri harus menunda tiga tahun untuk kuliah. “Kala itu, usai lulus SMA, ekonomi keluarga sangat bangkrut sebangkrut-bangkrutnya. Jadi saya tidak bisa kuliah”, kenang Indri.

Kala itu, di tahun 2012, ekonomi keluarga Indri mengalami kebangkrutan. Usaha pembuatan kerupuk opak yang dirintis orangtuanya merugi karena banyak pembeli yang tidak membayar hutang.

Anak pertama dari dua bersaudara ini pun harus menahan asa melihat rekan se-angkatannya banyak yang kuliah. “Tapi kawan-kawan SMA saya terus menyemangati saya. Saat itu, saya berdoa semoga diberi rezeki untuk kuliah di tahun berikutnya”, ujar anak dari pasangan Heri Susanto dan Sudariem ini.

“Saat usaha bangkrut. Ibu bekerja, sama orang menjemur kulit ubi. Ayah juga kadang bekerja kadang tidak. Saat itu keadaan sangat sulit”, tambah Indri.

Kesempatan untuk kuliah di tahun 2013 pun harus dilepas Indri karena orang tunya belum sanggup bahkan untuk membayar uang kuliah semester pertama.”Tunda dululah nak”, ujar Indri menirukan ucapan ibunya.

Tahun 2014, Indri memberanikan diri untuk mengikuti seleksi masuk PTN tanpa sepengetahuan keluarga. Itu adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa kuliah di PTN. “Alhamdulillah saat itu saya lulus di prodi PG-PAUD. Saya kemudian cerita ke Ibu saya. Ibu saya bilang, ‘yaudah Nak’, kata ibu saya”, ujar dara yang lahir di Medan Tuntungan, 4 Februari 1994 ini.

Keberaniannya untuk kuliah ditengah keterbatasan ekonomi banyak dicemooh tetangga.“Bahkan tetangga sendiri bilang. Kalau tidak mampu ngapain kuliah”, ungkapnya sambil menyeka air mata.

Ucapan itu yang menjadi pemacu Indri untuk tetap kuliah dan bertekad untuk meraih prestasi. Hal ini untuk membuktikan kepada mereka yang mencemooh, bahwa orang miskin juga dapat kuliah dan sukses.

“Alhamdulillah, ketika saya kuliah itu ada saja rezeki untuk bayar uang kuliah. Ekonomi keluarga pun mulai bangkit”, ucapnya.

Tidak mudah bagi Indri untuk mengikuti perkuliahan. Ia harus menempuh perjalanan selama dua jam dengan angkutan umum.”Hampir tiap hari saya tiba jam 9 malam dirumah, karena mengerjakan tugas dan rumah saya yang jauh”, tambahnya.

Indri juga mengaku sering begadang untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Ia punya tips untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang terbilang berat. “Saya nyaris tidak pernah tidur karena menyelesaikan tugas yang banyak. Intinya jangan jenuh. Ketika jenuh. Berhenti sebentar kemudian bayangkan jerih payah orang tua kita. Ternyata tugas-tugas itu belum ada apaa-apanya dibanding jerih payah mereka”, ujarnya sambil tersenyum.

Kerja keras Indri akhirnya membuahkan hasil. Selain meraih cumlaude, Ia mendapatkan piagam penghargaan sebagai lulusan dengan indeks prestasi tertinggi. Piagam tersebut diserahkan oleh Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd saat upacara wisuda Unimed, Rabu (28/11/2018).

Kedepan, Indri mengaku punya niat untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister (S2). Namun untuk saat ini, impian tersebut harus disimpannya dahulu karena harus membantu biaya kuliah adiknya. “Kami keluarga yang tidak mampu. Jadi saya juga ingin melihat adik saya untuk tamat kuliah dulu. Saya ingin membantunya. Saya bekerja dulu, baru kemudian saya coba-coba untuk kuliah lagi”, pungkas Indri. (Humas Unimed/DL).

X
UNIMED Mobile

FREE
VIEW