MEDAN – Kemendikbud baru saja mengeluarkan kebijakan pada minggu kemaren, menteri Muhajir mengatakan bahwa guru harus menularkan proses pembelajaran dengan merujuk dan berbasis pada model HOTS, dimana didalam proses belajarn mengajar kreatifitas siswa melalui critical thingking harus terus diusahakan dan akan disampaikan dalam bentuk komunikasi yang efektif dan menjalin colaborative yang baik dengan sesama dalam penugasan. Sehingga menghasilkan siswa yang pecaya diri kepada berada di masyarakat.
Dalam hal ini Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan menggelar Seminar Nasional yang bertemakan “Pembelajaran Bahasa, Sastra dan Penilaian Berbasis HOTS” di gedung Digital Library Universitas Negeri Medan, Senin (12/11).
Seminar ini di buka oleh Dekan FBS Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Drs. Syamsul Arif, M.Pd., dosen, semua fungsionaris dilingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed, serta mahasiswa.
Hadir tiga pembicara yang diundang yaitu: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. (Universitas Sebelas Maret Surakarta), Dr. E. Kosasih, M.Pd. ( Universitas Pendidikan Indonesia Bandung) dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd (Universitas Negeri Medan).
Dekan FBS Dr. Isda Pramuniati, M.Hum dalam sambutannya menyatakan karakteristik jurusan bahasa dan sastra bahasa indonesia harus kembali mempertahankan 8 etnis Sumatera Utara. Analisis HOTS memiliki ancaman program studi yang sejenis baik di universitas negeri maupun swasta. Maka karakteristik yang haru ada dimunculkan sebagai icon keberadaan prodi ini adalah mempertahankan budaya lokal memasukkan kajian-kajian ilmiah dan meluluskan lulusan yang memacu kepada karakter atau sikap yang dimiliki 8 etnis di Sumatera Utara sehingga lulusan bahasa dan sastra indonesia tetap mejadi lulusan yang dicari di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara. (Humas Unimed/bg).
