Close

" The Character Building University "

Mengungkap Peran Komponis Nasional Liberty Manik dalam Mentransnarasikan 500-an Naskah Batak

MEDAN – Belum banyak yang tahu jika komponis nasional serta pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa,  Dr. Liberty Manik atau lebih dikenal dengan L Manik, berperan dalam mentransnarasikan (mengalihbahasakan) 500-an naskah Batak. Manik mengalihbahasakan naskah Batak ke Bahasa Jerman. Ia juga menghasilkan disertasi menarik berjudul Das Arabische Tonsystem  Im Mittelalter,  yang  mengkaji sistem nada musik Arab.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Uli Kozok,  Ph.D (Guru Besar Universitas Hawaii, Amerika Serikat), dalam kuliah umum bertema  Peran Dr. Liberty Manik dalam Hubungan Indonesia Jerman yang diselenggarakan oleh Prodi Magister Antropologi Sosial dan Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed, Sabtu (20/7), bertempat di Gedung Pascasarjana Unimed.

Prof Kozok mengatakan, pekerjaan mentransnarasikan naskah diterima Malik ketika pemerintah Jerman mengambil kebijakan untuk mengkatalogkan seluruh naskah tentang Asia-Afrika yang ada di Jerman. Malik yang saat itu tinggal di Jerman ditugaskan untuk mengkatalogkan naskah Batak.

Malik mentransnarasikan naskah dengan sangat baik. “Dia (Liberty Manik) sebenarnya hanya ditugaskan untuk membuat katalog. Tetapi ternyata Ia membuat transnarasi penuh dari awal hingga akhir. Itu luar biasa,” kata Kozok yang juga penulis buku Surat Batak ini.

Menurut Prof Kozok, naskah Batak yang ditransnarasikan oleh Malik memiliki bahasa yang tidak diketahui banyak orang. Naskah-naskah tersebut kebanyakan memakai Bahasa Poda. Bahasa tersendiri yang digunakan oleh datu atau dukun. Bahasa ini sangat sulit dialihbahasakan.

“Beliau mentransnarasikan naskah itu dengan sangat rapi. Sangat akurat. Setiap catatan itu saya lihat memakai bahasa Jerman yang sangat bagus,” ungkap Kozok.

Sebagian naskah hasil transnarasi itu Manik bawa ke Yogyakarta. Untung saja, sebanyak 12 bundel naskah berhasil diselamatkan oleh R Situngkir, kerabat Liberty Manik. Meskipun dari informasi yang Kozok ketahui, ada sekitar 100-an naskah yang Manik bawa ke Indonesia.

Kedua-belas naskah tersebut kemudian diserahkan untuk di digitalisasi oleh perpustakaan di Berlin,  Jerman. Naskah tersebut juga dapat diakses melalui internet. “Naskah seharusnya memang dimasukkan ke perpustakaan. Bukan museum.  Orang museum akan melihat naskah itu sebagai benda. Namun orang perpustakaan akan melihatnya sebagai naskah. Sehingga kemudian di digitalisasi dan dapat diakses orang banyak,” jelas filolog kelahiran Jerman ini.

Sementara itu,  R Situngkir yang menjadi salah satu ahli waris Liberty Manik mengatakan, Manik kecil berbakat dibidang musik. “Sejak kecil Ia  (Liberty Manik) sudah pandai menyanyi,  main suling dan kecapi. Ia juga memiliki seorang adik perempuan tinggal di Padang Bulan, Medan, dan sudah meninggal,” ujar Situngkir.

Liberty Manik lahir pada 21 November 1924 dengan nama lahir bernama Raja Tiang Manik, di Huta Manik, Kecamatan Sumbul, 18 kilometer dari Sidikalang, Sumatera Utara. Ia wafat 16 September 1993 di Yogyakarta.

Kuliah umum ini dihadiri pula oleh Asdir 1 Pascasarjana Unimed Prof. Dr. Syahyar, MS.;  Ketua Prodi Antropologi Sosial Unimed, Dr. Hidayat, M.Si.;  Sekretaris Prodi Antropologi Sosial. Dr. Ratih Baiduri, M.Si.; Sejarahwan Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S; Wakil Dekan II FIS Dra. Flores Tanjung, M.A, beberapa dosen Unimed, serta mahasiswa S1 dan S2.

Dr. Hidayat, M.Si yang juga bertindak sebagai Ketua Panitia acara ini mengatakan jika di dalam negeri Liberty Manik lebih dikenal sebagai komponis, maka di luar negeri Ia  dikenal sebagai filolog. Hal tersebut yang melatarbelakangi acara kuliah umum kali ini.  “Ternyata banyak peninggalan budaya yang perlu kita ketahui dari karya L Manik dan dari diri Manik sendiri. Dan Prof Uli Kozok banyak tau tentang itu,”, ujar Hidayat. (Humas Unimed/dl)

X
UNIMED Mobile

FREE
VIEW