MEDAN – Para pendidik bidang sejarah perlu hati-hati untuk mengajarkan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang menggunakan teori Proto Melayu dan Deutro Melayu atau Out of Taiwan. Pasalnya, temuan riset genetika menunjukkan, migrasi nenek moyang bangsa Indonesia dimulai sejak 60.000-an tahun yang lalu, bukan 5.000 tahun seperti dipelajari selama ini.
Hal tersebut terungkap melalui seminar “Menguak Asal-usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sejarah”, Sabtu (27/4/2019), di Digital Library Unimed. Acara ini diselengarakan oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah Unimed.
Pembicara ialah Ketua Tim Identifikasi DNA Forensik Lembaga Eijkman, dr. Herawati Sudibyo, MS., Ph.D., Kepala Balai Arkeologi Medan, Dr. Ketut Wiradnyana, dan Ketua Prodi Magister Biologi Unimed, Dr. Fauziyah Harahap, M.S.
Herawati menjelaskan, dengan analisis genetika menggunakan tiga marka, yaitu DNA mitokondria yang diturunkan dari jalur maternal (ibu), kromosom Y (ayah), dan DNA autosom yang diturunkan dari keduanya memperlihatkan bahwa populasi di kepulauan Nusantara memiliki jejak genetika dari gelombang pertama migrasi Out of Africa yang menyusuri jalur selatan sekitar 60.000 tahun yang lalu. Hal ini sejalan dengan berbagai temuan arkeologi, mulai dari rangka manusia hingga lukisan batu yang membuktikan bahwa Asia Tenggara khususnya Indonesia dihuni oleh manusia modern sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun lalu.
Herawati mencontohkan analisis genetika terhadap dirinya sendiri. “Moyang saya dari garis ibu adalah seorang perempuan yang dapat ditelusuri hidup di Afrika sekitar 150.000 tahun yang lalu. Haplotip maternal menggambarkan cerita pengembaraan mereka,” ujarnya.
Dari DNA bercerita ini, nampak komposisis kromoson Herawati yang sekitar 96 persen berasal dari Asia Tenggara, 2 persen dari Asia Barat dan 2 persen dari Cina. Dan tes DNA yang bercerita itu bisa mendeteksi elemen Cina itu masuk pada sekitar tahun 1800 dalam tubuh moyangnya.
“Pembauran dalam sosok individu makin jelas dengan penanda genetik dan peralatan sekuenser terkini yang nampu memberikan data seluruh genom manusia. Proses itu berlangsung sampai sekarang, sehingga membentuk struktur populasi manusia Indonesia yang begitu khas dan aneka ragam warna,” kata Herawati.
Menurut Herawati, melalui penelitian genetika, kita mengetahui migrasi manusia sampai ke Nusantara yang menjadi nenek moyang orang Indonesia. Agaknya tak mungkin melabeli kelompok tertentu sebagai manusia asli Indonesia. Sebab, tak ada pemilik gen murni di Nusantara. “Manusia Indonesia adalah campuran beragam genetika, yang pada awalnya berasal dari Afrika,” tegas Herawati.
Sementara itu, inisiator seminar, Dr. phil. Ichwan Azhari, M.Si., mengatakan pendidikan sejarah terbuka dengan perkembangan ilmu pengetahuan baru. Ilmu sejarah juga ditopang berbagai ilmu, seperti geologi, arkeologi, bahasa dan kebudayaan. “Karena itu, ilmu genetika seharusnya mudah diadaptasi menjadi penopang pendidikan sejarah kedepan,” pungkasnya. (Humas Unimed/dl)