Jurusan Pendidikan Sejarah menggelar Seminar Daring Jalur Rempah Sumatera dengan mengangkat tema “Rempah Asam Gelugur: Potensi dan Inovasi Masa Kini” pada tanggal 13 Juni 2022. Seminar dengan tema “Rempah Asam Gelugur: Potensi dan Inovasi Masa Kini” ini merupakan seminar yang mengangkat salah satu rempah yang banyak tumbuh di Sumatera, yaitu asam gelugur. Seminar ini bermaksud untuk memperkenalkan potensi rempah asam gelugur selain bumbu dapur kepada khalayak umum serta inovasi produk yang bisa dikembangkan dari rempah asam gelugur. Seminar ini juga diselenggarakan sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah seminar sejarah mahasiswa semester VI (enam) Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNIMED. Seminar ini juga turut dihadiri oleh Ketua Jurusan, Dosen, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah FIS Unimed maupun peserta umum lainnya.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Wakil Dekan I FIS UNIMED Dr. Tappil Rambe, S. Pd., M. Si. dalam sambutnyya Dr. Tappil sangat mengapresiasi kegiatan seminar ini “dengan seminar ini kita berharap dapat membuka ruang akademik bagi kita di kalangan akademisi dan mahasiswa untuk membuka paradigma dan persepsi kita terhadap jalur rempah Indonesia yang diajukan ke UNESCO. Terutama rempah yang ada Sumatera yakni rempah yang berasal dari tanaman asam gelugur. selama ini kita hanya mengetahui bahwa asam gelugur itu hanya dapat digunakan sebagai bumbu dapur saja tetapi kenyataan asam gelugur dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Karena itulah dengan seminar ini mari kita simak baik-baik semoga banyak ilmu yang didapt dan kemudian dapat kita terapkan,” ujar Dr. Tappil.
Narasumber dalam kegiatan seminar ini adalah Prof. Ir. Suminar Setiati Achmadi, PhD yang merupakan Guru Besar Kimia IPB sekaligus peneliti asam gelugur dan Syafri yang merupakan pemerhati lingkungan sekaligus pengusaha asam gelugur dari Nagari Latang, Sijunjung, Sumatera Barat.
Prof. Ir. Suminar Setiati Achmadi, PhD dalam materinya yang berjudul Asam Gelugur: Telaah Akademik memaparkan bahwa asam gelugur memiliki kandungan kimia yang utama dan khas, yaitu HCA (asam hidroksisitrat). Kandungan HCA ini membuat asam gelugur memiliki rasa yang lebih asam dibandingkan jeruk yang mengandung asam sitrat. Penggaraman pada asam gelugur mengonversi HAS menjadi garam kalsium padat dan banyak dikaji sebagai penurun bobot badan. Kombinasi ekstrak asam gelugur dengan senyawa alam lain yaitu ekstrak kunci pepet juga telah diteliti dapat menjadi obat pelangsing.
Syafri dalam pemaparan materinya yang berjudul Konservasi Asam Gelugur Untuk Meningkatkan Perekonomian Pedesaan menjelaskan bahwa sangat sulit mengajak masyarakat untuk membudidayakan asam gelugur jika nilai ekonomisnya tidak ada, sehingga setelah menemukan bahwa asam gelugur mengandung HCA yang dapat mengubah lemak menjadi energi, ia berinovasi dengan produknya Garci-tea agar dapat menjual fungsinya sebagai penurun berat badan dalam bentuk produk teh.
Dr. Phil. Ichwan Azhari sebagai dosen pengampu mata kuliah seminar sejarah menyebutkan bahwa kehebatan asam gelugur telah ditemukan ribuan tahun lalu. Asam gelugur yang kerap disandingkan dengan asam kandis dalam pantun Melayu memperlihatkan bahwa masyarakat sudah lama akrab dengan asam gelugur. Dr. Phil. Ichwan Azhari juga menyatakan bahwa melalui kegiatan ini dapat menunjukkan bahwa ilmu sejarah tidak hanya membahas mengenai sejarah yang berhubungan dengan perang, penjajahan Belanda, dan lainnya tetapi juga sejarah ilmu pengetahuan, sejarah sains, dan juga sejarah tanaman.(Humas Unimed)