Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed menggelar Konferensi Internasional “The 3rd International Conference on Science Education in Industrial Revolution 4.0 (ICONSEIR)” dengan tema “Fostering Higher Order Thinking Skills, Education Literacy, and Digital Responsibility in 21st Century Education” pada Selasa, (21/12) melalui aplikasi zoom meeting. Acara tersebut mengundang narasumber : Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. (Universitas Negeri Medan, Indonesia), Prof. May Hung May Chang (The Education University of Hongkong), Dr. Emily Danvers (University of Sussex, United Kingdom) dan Dr. Nurfaradilla Mohamad Nasri (Universiti Kebangsaan Malaysia). Dengan moderator Prof. Dr. Naeklan Simbolon, M.Pd. dan Vidya Dwi Amalia Zati, S.S., M.Hum. (Universitas Negeri Medan).
The 3rd ICONSEIR dibuka oleh Rektor Unimed, Dr. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes. Selain itu, ada sambutan apresiasi acara dari Gubernur Sumatera Utara H. Edy Rahmayadi, Kadis Pendidikan Kab. Batubara Ilyas Sitorus, SE., M.Pd., Wakil Rektor IV Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D. dan Dekan FIP Unimed, Prof. Dr. Yusnadi, MS.
Dalam laporannya, Ketua Panitia, Shofia Mawaddah, S.Psi., M.Sc. mengatakan Konferensi internasional ini merupakan acara tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Fokus utama konferensi tahun ini adalah pada Pembinaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTs), Literasi Pendidikan, dan Tanggung Jawab Digital dalam Pendidikan Abad ke-21. Ada 12 subtopik yang mewakili 4 jurusan di fakultas Pendidikan Universitas Negeri Medan, yaitu: 1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 2) Bimbingan dan Konseling, 3) Pendidikan Masyarakat, dan 4) Keguruan Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam acara ini, lebih dari 900 orang telah mendaftar untuk menghadiri konferensi ini dari 29 institusi berbeda di 5 negara berbeda, antara lain: Indonesia, Malaysia, Hongkong, Inggris Raya dan Jepang.
Dalam sambutan pembukaan, Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes. menyampaikan “terima kasih kepada Dekan FIP, seluruh fungsionaris dan panitia pelaksana, karena telah melaksanakan konferensi internasional yang sangat baik. Kemudian kepada Keynote Spreakers dan seluruh peserta yang telah hadir bersama secara virtual dalam kegiatan kita ini. Kita sama-sama berharap semoga kegiatan kita ini akan bermanfaat dan mendorong diri kita semua sebagai akademisi dan praktisi pendidikan untuk terus menyesuaikan diri ditengah tangangan teknologi maju dan himpitan berbagai permasalahan pendidikan. Saya yakin pertemuan ini akan membawa kebaikan dan dapat melahirkan ide baru, inovasi dan kreativitas terbarukan untuk memajukan pendidikan di Indonesia kearah yang lebih baik dan bermutu.”
Selanjutnya Dr. Syamsul Gultom mengatakan “Revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu pelaksanaan proyeksi teknologi modern yang diimplementasikan melalui peningkatan teknologi manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan srategis, dan lain sebagainya. Ditandai dengan kehadiran robot, artificial intelligence, machine learning, biotechnology, blockchain, internet of things, serta driverless vehicle. Bidang pendidikan sangat berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pola belajar dan pola berpikir serta mengembangkan inovasi kreatif dan inovatif dari peserta didik, guna mencetak generasi penerus bangsa yang unggul, maju dan mampu bersaing. Banyak ahli teori pendidikan sering menyebut, Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 untuk menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi cyber, baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut mampu membuka jendela dunia melalui genggaman, contohnya memanfaatkan internet of things (IOT) dan inovasi teknologi lainnya. Di sisi lain pengajar juga memperoleh lebih banyak referensi dan metode pengajaran yang lebih inovatif dan kreatif.”
“Ada 4 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pendidik di era RI 4.0. Pertama; Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Merupakan kemampuan memahami suatu masalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, sehingga dapat dielaborasi dan memunculkan berbagai perspektif untuk menyelesaikan masalah. Pendidik diharapkan mampu meramu pembelajaran dan mengekspor kompetensi ini kepada peserta didik. Kedua; Keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Keterampilan ini tidak luput dari kemampuan berbasis teknologi informasi, sehingga pendidik dapat menerapkan kolaborasi dalam proses pengajaran. Ketiga; Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Diharapkan ide-ide baru dapat diterapkan pendidik dalam proses pembelajaran sehingga memacu siswa untuk beripikir kreatif dan inovatif, dan Keempat; literasi teknologi dan informasi. Pendidik diharapkan mampu memperoleh banyak referensi dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna menunjang proses belajar mengajar. Bagi kita di perguruan tinggi, Revolusi Industri 4.0 diharapkan mampu mewujudkan pendidikan cerdas, melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses dan relevansi dalam mewujudkan pendidikan bermutu dan maju. Untuk mewujudkan hal tersebut interaksi pembelajaran dilakukan melalui blended learning (melalui kolaborasi), project based-learning (melalui publikasi), flipped classroom (melalui interaksi publik dan interaksi digital), dan lain sebagainya,” ujar Rektor Unimed.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. mengatakan “berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi. Hal penting yang perlu diingat untuk pendidikan 4.0 adalah pergeseran dari guru sebagai fasilitator menjadi peserta didik sebagai guru. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut harus dilakukan pada transisi dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran mandiri. Studi pendidikan di Indonesia tidak dikontekstualisasikan, kurangnya inovasi dalam pendidikan berbasis R&D, memperkuat Pendidikan Sains, Analisis ulang dan desain ulang materi pendidikan, diikuti dengan reposisi sistem penilaian. Adapun poin kunci untuk meningkatkan sistem pendidikan kita diantaranya pembelajar mandiri, kemampuan berbahasa dan komunikasi dan Literasi TI/TIK.”
Sementara dari paparan Dr. Nurfaradilla mengatakan “Asesmen adalah kunci keberhasilan proses pembelajaran. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat memberikan kesempatan kepada siswa kita untuk menyesuaikan pembelajaran mereka sendiri sehingga cocok dengan sistem penilaian kita. Tujuan kita sebagai pendidik adalah untuk mengembangkan sistem pendidikan yang memungkinkan siswa untuk menilai sendiri pembelajaran mereka.”
Adapun Prof. May Hung May Cheng menjelaskan “Pendidikan STEM harus meningkatkan pemahaman siswa dalam menggunakan teknologi. Pendidikan STEM melibatkan pembelajaran dan kurikulum terintegrasi. Pendidikan STEM dapat dilakukan dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu atau mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu menjadi satu pendekatan transdisipliner dapat digunakan untuk memahami isu utama. Adapun poin-poin utama dalam meninjau Pendidikan STEM: Tujuan, Sifat dan ruang lingkup, Hasil, dan Implementasi. Dengan prinsip : integrasi konten, pembelajaran yang berpusat pada masalah, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis desain, dan pembelajaran kooperatif.”
Selanjutnya, Dr. Emily Danvers menjelaskan siapa dan bagaimana pemikir kritis. “Tidak ada buku pegangan untuk berpikir kritis. Berpikir kritis tidak diberikan atau diajarkan, tetapi dikembangkan berdasarkan pengalaman belajar dan konteks sosial seseorang. Dari pemikir yang kritis dapat memunculkan ide-ide baru dan solusi dari pemecahan masalah serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.” (Humas Unimed/eo).