Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) kerjasama dengan Asosiasi Fakultas Ekonomi & Bisnis Indonesia AFEBI menggelar kegiatan Seminar Nasional daring dengan tema “ Game Changer dan Resiliensi Ekonomi : Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia pada Masa Pandemi”. Seminar ini juga disiarkan langsung di akun Youtube AFEBI pada Senin (03/05/2021).
Seminar ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama mengundang beberapa narasumber, yaitu Ibu Destry Damayanti SE., M.Sc (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D (Rektor Universitas Indonesia) dan di moderatori oleh Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D (Dekan Fakultas Ekonomi Unimed).
Dalam sambutannya, Prof. Suharnomo mengatakan bahwa BSBI sangat tepat bekerjasama dengan AFEBI karena AFEBI adalah kumpulan para pengelola Fakultas Ekonomi se Indonesia atau garda depan untuk diseminasi ilmu – ilmu terkini. Oleh karena itu ilmu – ilmu terkini akan cepat sampai dan bisa lebih luas lagi menyebar di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Tinggi di seluruh Indonesia.
Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia M. Edhie Purnawan, SE., MA.,Ph.D mengatakan tujuan seminar ini yaitu untuk mengkaji dan mengkritisi kebijakan fiscal yang dikeluarkan oleh pemerintah selama pandemic termasuk juga mengkritisi kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia. Fiskal moneter ini menjadi lokomotif untuk menyelesaikan persoalan kesehatan maupun ekonomi. Kemudian pola koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah seperti apa dan diharapkan ada rekomendasi saran terkait kebijakan-kebijakan yang bermanfaat untuk Indonesia.
Prof. Indra Maipita Dekan Fakultas Ekonomi Unimed mengatakan sejak tahun lalu pandemic Covid-19 telah mendera dunia. Hampir seluruh sector Ekonomi dunia terkena imbasnya, termasuk Indonesia. Berbagai kebijakan baik fiscal maupun moneter telah dan terus diambil oleh pemegang otoritas. Seperti apa kebijakan tersebut, bagaimana dampaknya dan apakah ada saran agar lebih baik dan efektif akan didiskusikan pada sesi pertama ini.
Kondisi perekonomian Global di masa pandemi ini dipaparkan secara umum oleh Destry pada presentasinya. Ia memaparkan perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih tinggi dengan pemulihan yang cenderung tidak merata. Pemulihan ekonomi global akan ditopang oleh pemulihan pada negara AS dan China. Sementara pemulihan di negara lain cenderung lebih moderat. Pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia membaik namun dengan rate yang berbeda. Volume perdagangan dunia terus menunjukkan peningkatan. Penjualan ritel global membaik terutama di negara AS.
Beberapa strategi akselerasi pertumbuhan yang telah dicanangkan pemerintah untuk tahun 2021 diantaranya adalah penyusunan Daftar Prioritas Investasi (DPI), didirikannya Lembaga Pengelola Investasi (LPI), kebijakan ekonomi yang berpihak pada pelaku usaha kecil dan menengah, program vaksin, dan adanya Undang-Undang Cipta Kerja sebagai bentuk penyederhanaan regulasi ekonomi.
Prof. Ari Kuncoro dalam pemaparannya memaparkan bahwa bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan Indonesia mengalami kemerosotan ekonomi terburuk dalam 20 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua dan ketiga pada tahun 2020 masing-masing adalah -5,32% dan -3,49%. Angka kemiskinan, dan pengangguran juga meningkat tajam. Indonesia menghadapi resurgensi pandemic sebagai dampak dari libur panjang. Perbedaannya dengan negara-negara EU, Indonesia dengan adanya informalitas yang masih cukup tinggi memerlukan kebijakan yang dirancang dengan memperhatikan ekspektasi dari sector formal dan informal.
“Dalam situasi ini kebijakan harus memperhatikan koridor ekspektasi masyarakat untuk kemudian mengambil titik tengahnya (median voter)”. Ujarnya.(Humas Unimed/fg)