Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan dan Universiti Utara Malaysia mengadakan Seminar Antarabangsa dengan mengangkat tema “Apresiasi Akar Budaya Serumpun malaysia & Indonesia (Appreciation of Cognitive Culture Roots)” yang berlangsung secara online pada Senin 5/4/2021. Dengan menghadirkan narasumber dari kedua negara diantaranya Dr. Abdurahman Adisaputera., M.Hum (Dekan FBS Universitas Negeri Medan), Dr. Nor Hasimah Binti Ismail (Pensyarah Pusat pengkajian Pendidikan Universiti Utara malaysia), Dr. Panji Suroso., S.Pd., M.Si (Ketua Prodi Musik Universitas Negeri Medan), Mohammad Haris Abd Azis ( Penolong Pengarah Pusat budaya dan Seni Universiti Utara Malaysia).
Pada sambutannya, Dekan FBS Dr. Abdurahman Adisaputera., M.Hum menyampaikan kegiatan seperti ini bisa memperkuat hubungan silaturahmi dan semakin menumbuhkan komunikasi yang harmonis antara generasi muda Indonesia-malaysia baik masa kini dan masa yang akan datang dalam merajut budaya serumpun.
Lanjut dekan Dr. Abdurahman dalam menyampaikan materinya tentang eksistensi jati diri melayu dalam era disrupsi dan kekinian mengatakan seiring dengan perubahan zaman, paradigma dan pola kehidupan masyarakat melayu juga berubah. Perubahan ini ditandai oleh hilangnya unsur-unsur kebudayaan pada ruang lingkup kebahasaan , hilangnya unsur alam dan unsur kebudayaan menyebabkan dekonseptualisasi dan disfungsi sosiobudaya bahasa melayu bagi penutur remaja.
Dr. Nor Hasimah Binti Ismail menjelaskan materi tentang novel pertama Malaysia yang lahir pada tahun 1925/26 yaitu novel Hikayat Faridah Hanum oleh Syed Sheikh Al Hadi. Fenomena drama bersiri yang diadaptasi dari novel kini sudah menjadi lumrah dalam dunia seni sehinggan nilai murni yang dipaparkan wajar dijadikan pedoman dalam kehidupan dan dijadikan landasan sebagai pedoman pada masa depan.
Dr. Panji Suroso., S.Pd., M.Si menerangkan keragaman khasana musik tradisional di sumatera utara, di sumut sendiri banyak sekali terdapat musik-musik tradisional dari musik melayu itu sendiri sampai kepada musik nias yang pada akhirnya kita takut kesenian-kesenian daerah semakin kesini semakin tersingkirkan bahkan kehilangan panggung-panggung pertunjukannya. Situasi seperti ini yang perlu kita jaga. Tradisi musikal yang ada di sumatera itu diantaranya melayu, karo, batak toba, simalungun, pakpak, angkola, mandailing sampai nias dan ada juga dari pesisir hulu dan ujung. Jika kita telisik dari sisi budaya musikalnya masing-masing etnik ini memiliki seperangkat ragaman jenis instrumen musik yang sangat khas mencirikan identitas kebudayaan tersebut.
Mohammad Haris Abd Azis mengatakan musik itu senantiasa berevolusi atau berkembang sesuai dengan peredaran zaman dan tuntutan cita rasa masyarakat pada perkembangan musik tradisi yang memperlihatkan musik melayu itu sendiri bersifat elastis fleksibel dan mudah beradaptasi dalam bentuk menghasilkan instrumen musik maupun dalam karya musik tradisi yang di hasilkan.(Humas Unimed/dv)