Close

" The Character Building University "

Mengkaji Pandemi COVID-19 dari Kacamata Antropologi

Pandemi COVID-19 sampai sekarang masih belum berakhir sampai sekarang. Banyak berbagai ilmuwan, ahli dan budayawan mulai mengkaji dampak virus ini dari berbagai pandangan keilmuan termasuk ilmu Antropologi. Membahas hal tersebut Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan bekerjasama dengan Ikatan Kekerabatan Alumni Antorpologi UNIMED (IKA-AU) menggelar Seminar Online (WEBINAR) dengan mengakat tema “Antropologi Berbicara Pandemi” (19/05/2020).

Seminar Online ini menghadirkan narasumber pakar-pakar antropologi UNIMED yakni Dr. Erond Damanik, M.Si (Wakil Dekan III FIS dan Pakar Pengkaji Antropologi Politik), Dr. Rosramadhan, M.Si (Kajur Antropologi dan Pakar Pengkaji Gender dan Feminisme) dan Dr. Puspitawati, M.Si ( Pakar Pengkaji Antropologi Agraria). Selain narasumber yang berasal dari UNIMED, FIS juga menghadirkan Pemantik yang merupakan alumnus FIS UNIMED yakni Nurul Kumala Saragih (Guru Pasantren Tahfizh Daarul Qur’an Cikarang) dan Safri Lubis, S.Pd., Gr (Guru SMA 2 Semarapura Bali).

Dalam paparannya Wakil Dekan III FIS Dr. Erond membahas mengenai perubahan global selama pandemic terjadi dalam perspektif antropologi. “selama pandemic ini telah terjadi pembantaian demografi dimana pandemic ini telah menyerang 212 negara, 4 juta positif, 45 ribu sekarang serta telah menghabiskan dana triliunan rupiah di Indonesia, telah memakan ribuan nyawa di Indonesia sedangkan dunia sudah ratusan ribu nyawa, tidak hanya itu banyak sector yang terkena imbas karena pandemic ini selain itu muncul sebuah fenomena lockdown atau PSBB yang dirasa aneh diberbagai tempat sehingga muncul konsepsi orang asing, putra daerah, family dan mudik dilarang hal itu menjadi “musuh” disuatu daerah, tdak hanya itu banyak masyarakat yang akhirnya juga pasrah karena menggangap mati sudah kodrat tuhan, dan juga diciptakan mush Bersama “maling yang dilepas sehingga mengakibatkan stay at home dan work from home, yang terakhir muncul trust and distrust terhadapt pemerintah yang berawal dari 17 April 2019),” papar Dr. Erond yang merupakan pakar antropologi politik.

Kajur Antropologi Dr. Rosramadhan menyampaikan mengenai Feminisme dalam Pandemi Covid 19, Dr. Rosramadhan menyampaikan Gerakan feminisme cenderung non reaktif dan pada kaum ibu cenderung aktif karena adanya kebijakan stay at home, “selama pandemic ini adanya kebijakan stay at home maka keluarga harus mempunyai kesadaran akan fungsinya masing-masing yang dimulai dari ayah, ibu dan anak dengan menyadari fungsi dan tugasnya masing-masing maka ketahanan keluarga selama pandemic dapat dijaga sehingga perceraian dapat dijauhi,” ujar Dr. Rosramadhan.

Lain halnya dengan Dr. Puspita, ia menyampaikan mengenai dampak pandemic covid-19 di tanah gayo. Pakar Antropologi Agraria ini menyampaikan bahwa di tanah gayo pandemic ini tidak terlalu berdampak karena hanya ada satu kasus yang terjadi di tanah gayo tetapi pandemic ini berdampak ke sector social ekonomi petani kopi.”Tanah Gayo terkenal akan produksi kopinya dan akibat pandemic ini terjadi masalah Harga turun dimana permintaan lebih sedikit dari penawaran/ barang yang tersedia lebih banyak dari yang dibutuhkan, penerapan Social distancing dan physical distancing (di negara konsumen yakni negara-negara eropa dan amerika). Oleh karena itu untuk bertahan ada 5 solusi yang ditawarkan yakni 1. Petani harus menyesuaikan pengeluarannya dengan situasi saat ini.  Kencangkan ikat pinggang, rubah gaya hidup. Petani harus menanam tanaman lain di luar kopi, sebagai bumper, dan juga untuk menjaga ketahan pangan/food security. 3. Mengurangi perjalanan ke luar. 4. Petani harus memahami bahwa mereka adalah pelaku usaha.  Sebagai pelaku usaha mereka tidak selalu untung. 5. Apa bila ada bantuan dari pemerintah atau pihak lain, seyogyanya yang menerima hanya keluarga yang membutuhkan.keluarga rentan secara ekonomi,” papar Dr. Puspita.(Humas Unimed/zr)

X
UNIMED Mobile

FREE
VIEW