MEDAN – Pemerintah perlu memikirkan sumber energi alternatif selain minyak. Pasalnya, cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis. Menurut laporan, hanya tersisa 1 % dari total cadangan minyak dunia. Energi alternatif dapat dihasilkan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga. Seperti misalnya, kulit bawang, dapat diolah menjadi briket dan menjadi bahan bakar. Demikian disampaikan Siti Aminah Br Bancin, Mahasiswa Prodi Kimia Universitas Negeri Medan, di Gedung Biro Rektor Unimed, Rabu (19/6/2019).
Siti beserta rekannya, Risna Mariati Lubis dan Mawar Jelita Hati telah meneliti potensi kulit bawang sebagai bahan bakar. Penelitian merekapun telah didanai Kemenrsitekdikti melalui progam PKM.
Mereka mengutip limbah kulit bawang dari beberapa pasar tradisional, dan industri rumah tangga di Kota Medan, kemudian mengolahnya menjadi biobriket (briket dari bahan alam). “Selain solusi masalah sampah, proses mengolah biobriket juga tidak melalui proses karbonisasi. Jadi lebih ramah lingkungan. Kami juga ingin meneliti biobriket yang bagus dan ramah lingkungan sehingga penggunaan bahan bakar dari fosil bisa diminimalisir” tutur Siti.
Disebutkan Siti, lama nyala briket menentukan kualitas briket yang dihasilkan. Semakin lama nyala briket maka kualitas briket semakin baik. Hasil analisis yang mereka lakukan menunjukkan bahwa briket kulit bawang putih menghasilkan lama nyala yang lebih besar daripada briket kulit bawang merah. Perbedaan ini disebabkan karakteristik dari kulit bawang putih dan bawang merah.
“Kulit bawang putih saat dihaluskan mempunyai tekstur serabut yang tidak mudah menyerap air tetapi lebih cepat merekat dan memadat. Sedangkan kulit bawang merah mempunyai tekstur yang halus tanpa serabut lebih lama merekat dengan perekat yang jauh lebih banyak,” jelas Siti.
Sementara itu, Dr. Nurfajriani, M.Si, yang mendampingi Siti dan rekannya mengatakan, kulit bawang dapat menjadi pengganti bahan bakar karena mudah ditemukan dan proses pengolahannya sangat sederhana. “Ini (kulit bawang) dapat diolah sendiri dirumah. Hanya dengan menggunakan perekat, bonggol pisang,” ungkapnya. (Humas Unimed/dl)