MEDAN – Mahasiswa Universitas Negeri Medan mengolah sampah sayuran menjadi energi listrik dengan memanfaatkan microbial fuel cell (MFC). Temuan tersebut menjadi salah satu solusi menangani permasalahan sampah sayuran dan kekurangan pasokan listrik di perkotaan.
“Sampah sayur merupakan masalah yang dihadapi Pasar Kota Medan. Salah satunya Pasar MMTC dekat kampus Unimed. Masalah lain, seringnya terjadi pemadaman listrik. Oleh karena itu kita manfaatkan sampah menjadi energi listrik,” ujar Malik Alfatah Sembiring, Mahasiswa Prodi Fisika, memaparkan hasil temuannya kepada Humas Unimed di Gedung Biro Rektor, Selasa (18/6/2019). Malik beserta Christin Vera Natalia Ginting (Kimia), Jumaida Sari Nasution (Kimia) tergabung dalam Tim PKM-PE Unimed yang didanai Kemenristekdikti.
Disampaikan Malik, Reaktor MFC dapat dijadikan sebagai alat untuk mengolah energi alternatif yang ramah lingkungan. Alat ini juga dapat menjadi sumber energi di masa depan. MFC bekerja dengan mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi kataluk yang memanfaatkan mikroorganisme. “Mikroorganisme didapatkan dari sayuran jenis sawi sebagai substrat dengan kotoran sapi sebagai starter dalam sistem MFC,” ungkap Malik.
Lebih lanjut, Malik menjelaskan alat MFC ini berbentuk kotak semacam chamber (ruang) dari kaca. Agar tidak bereaksi dengan bahan yang ada di dalamnya digunakan bantuan PEM (Proton Exchange Membrane).
“Alat MFC ini dapat diaplikasikan dalam skala rumah tangga, dengan menambah jumlah chambernya atau dengan memperbesar volume substrat sampah sayur sawi dalam chambernya” jelas Malik.
Sementara itu, Dr. Murniaty Simorangkir, MS yang menjadi pembimbing Malik dan rekan-rekannya mengatakan bahwa penggunaan mikroorganisme dalam biofuel cell merupakan solusi energi murah serta ramah lingkungan. Temuan inipun masih dimungkinkan untuk dikembangkan dengan sayuran jenis lain. (Humas Unimed/dl).