MEDAN – Revolusi Indutri 4.0 ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya yang semakin kovergen melalui teknologi informasi dan komunikasi. Dibutuhkan komptensi standar pembelajaran di era revolusi industry 4.0 diantaranya kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi (4K). Mata pelajaran tak lagi dipandang sebagai disiplin ilmu yang terpisah (parsial), sekat-sekat yang berhalangi proses berpikir kreatif dihilangkan dan harus berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill/HOTS).
Peningkatan kapasitas tenaga pendidik, khususnya dalam pembelajaran seni musik diantaranya dengan menerapkan pembelajaran daring (online), pemanfaatan MOOC (Massive Open Online Course), pengajaran dan industri musik, e-library dan kolaborasi riset di bidang musik.
Selaras dengan perkembangan jaman, Prodi Pendidikan Seni Musik mengadakan Seminar Nasional yang bertema “Peningkatan kualitas pendidikan, pengkajian dan penciptaan musik di era globalisasi” di Lt. IV Digilib Unimed (21/11). Ratusan peserta dari mahasiswa Prodi Seni Musik, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan alumni pendidikan seni musik dengan antusias mengikuti jalannya acara tersebut.
Seminar Nasional tersebut menghadirkan narasumber; Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung), Dr. Syahrul Syah Sinaga, M.Hum. (Universitas Negeri Semarang), Drs. Muhammad Takari, MA., Ph.D. (Universitas Sumatera Utara), Dr. Panji Suroso, M.Si. (Universitas Negeri Medan), dan Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn., M.Sn. (Universitas Negeri Medan).
Beberapa materi seminar tersebut membahas mengenai pembelajaran musik di era digital, pengkajian dan penciptaan musik berbasis tradisi dan pengingkatan kualitas komposisi musik berbasis komputerasi.
Dosen UPI, Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. mengatakan “Musik merupakan media untuk menyampaikan perasaan (emosional) dan membangun kepribadian seseorang. Perkembangan industri musik dan teknologi dari negara-negara lain menyebabkan kita mulai kehilangan identitas dan budaya bangsa Indonesia. Padahal keberagaman musik yang ada di Indonesia sangat banyak daripada negara lainnya, seharuanya ini bisa menjadi potensi dan peluang pasar yang besar bagi industri musik di Indonesia. Dengan membangun potensi diri dimulai dengan mengenalkan budaya dan identitas bangsa sehingga mempunyai rasa kepemilikan sebuah musik. Peran seorang pendidik dapat menyampaikan pembelajaran musik dengan mudah dan asyik, dengan penanaman budaya dan tradisi sejak dini sehingga generasi muda dapat menjaga warisan bangsa.”
Pada sambutannya Dekan FBS, Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. mengatakan “produk pendidikan seni musik di masa depan harus bisa menembus industri musik, berdaya jual dan bisa mengimplementasi kurikulum KKNI era revolusi industri 4.0. Pembelajaran musik di era digital menuntut para pendidik dan seniman untuk berpikir kreatif, inovatif, kolaboratif, dan produktif. Perkembangan teknologi semakin berkembang, akan tetapi seni harus ikut berperan dalam membentuk karakter dan identitas bangsa. Kita juga dituntut untuk mengusai IT, komunikasi dan komputerisasi. Selain itu sebagai pendidik, kita harus meningkatkan literasi data, literasi manusia, dan literasi budaya.”
Dr. Isda Pramuniati juga mengapresiasi penampilan orkestra mahasiswa prodi pendidikan seni musik yang dipimpin oleh Erizon Koto, M.Sn. “Saya sudah lama memimpikan agar Unimed memiliki orchestra sendiri. Ia juga memuji prestasi-prestasi yang diraih oleh mahasiswa pendidikan seni musik, baik dikancah nasional maupun mancanegara. Semoga pendidikan seni musik segera meraih predikat akreditasi A, mengingat karya, prestasi dan penampilan prodi pendidikan seni musik sudah terkenal kualitasnya,” tutupnya.
Turut menghadiri acara tersebut, Wakil Dekan III Dr. Marice, M.Hum., Kajur Sendratasik Uyuni Widiastuti, M.Pd., Sekjur Sendratasik Iskandar Muda, M.Sn., Kaprodi Pendidikan Seni Musik Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn., M.Sn., fungsionaris dan dosen Jurusan Sendratasik Unimed. (Humas Unimed/eo)