Medan – Fakultas Bahasa dan Seni gelar kuliah umum semiotika sebagai mata kuliah wajib tingkat fakultas dan penguatan produk belajar pasca PK-BLU yang dilaksanakan pada 14 Maret 2018 di Lt. III Aula FMIPA Unimed. Kegiatan tersebut menghadirkan Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., dan Guru Besar Humaniora Prof. Dr. Amrin Saragih, MA sebagai pembicara.
Ratusan mahasiswa FBS sangat antusias mengikuti kuliah umum tersebut. Selain mahasiswa FBS, Dekan FMIPA, Dekan FBS, Wakil Dekan, ketua jurusan, ketua prodi, dan belasan dosen FBS turut serta pada kegiatan tersebut.
Dekan FBS Dr. Isda Pamuniati, M.Hum mengatakan sistem perkuliahan KKNI mengintegrasikan pendidikan dengan dunia kerja. Kita juga turut bangga dengan prestasi mahasiswa dikancah nasional dan internasional yang diraih oleh mahasiswa Unimed. Kita akan dorong dan motivasi terus prestasi mahasiswa dan membentuk pekerti yang santun sesuai dengan jargon Unimed “The Character Building University”. Dengan kuliah umum ini, diharapkan agar mahasiswa dapat memahami Semiotika sebagai mata kuliah wajib tingkat fakultas, sehingga nantinya dapat mensinergikan kurikulum KKNI dengan dunia kerja, memanfaatkan budaya lokal, dan penguatan produk belajar setalah Unimed menjadi Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU).
Pada paparannya Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. menjelaskan alur bepikir pengembangan perguruan tinggi di Indonesia, otonomi perguruan tinggi sangat diperlukan saat ini untuk meningkatkan akuntabilitas, kerjasama, transparansi, nirlaba, penjamin mutu, efektivitas dan efisiensi. Dan saat ini Unimed menuju PK-BLU, Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip : ekonomi, efisien, efektif dan produktivitas, penerapan praktek bisnis yang sehat, pengamanan aset Negara yang dikelola BLU.
Lanjut beliau, di era teknologi saat ini mahasiswa harus mampu bersaing, khususnya dibidang bahasa. Apalagi FBS merupakan fakultas yang konsen pada bahasa dan seni. Banyak peluang pekerjaan baru di masa depan, jika kita dapat mengkombinasikan dengan baik akan mewujudkan suatu inovasi baru.
Prof. Dr. Amrin Saragih, MA mengatakan Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk perkembangan yang mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang merujuk pada terbentuknya sebuah makna. Apabila kita amati, kehidupan kita saat ini tidak pernah terlepas dari makna, persepsi, atau pemahaman terhadap apapun yang kita lihat. Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Banyak bahasa dari luar dikonversikan menjadi bahasa Indonesia, seperti mathematic menjadi matematika, physic menjadi fisika, dan lainnya. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. (Humas Unimed)