21/11/2016
Unimed – Program Pascasarjana Unimed menggelar kegiatan ilmiah Seminar Internasional yang bertajuk “The first annual internasional seminar on tranformative education and educational leadership”. Tema yang diangkat “developing future teacher education model”. Kegiatan dilaksanakan di Gedung Auditorium Kampus Unimed pada 19/11/2016, dan dihadiri ribuan peserta yang berasal dari dosen, guru, mahasiswaS1, S2, S3, peneliti dan praktisi pendidikan dari seluruh penjuru tanah air, bahkan ada beberapa peserta dari luar Indonesia. Seminar Internasional ini dibuka oleh Wakil Rektor I Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd, turut hadir Wakil Rektor II Dr. Restu, MS, Wakil Rektor IV Prof. Manihar Situmorang, MSc. Ph.D, Direktur PPs Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, para Wakil Direktur, fungsionaris PPs serta ratusan dosen dan mahasiswa Unimed.
Seminar Internasional ini menghadirkan para narasumber, yakni : 1) Prof. Peter Charles Taylor, Ph.D., M.Ed., B.Sc., Dip.Ed. (Universitas Murdoch Australia), 2) Prof. Dr. Nurahimah Mohd. Yusuf (Universitas Utara Malaysia), 3) Assoc. Prof. Elisabeth Taylor, Ph.D. (Universitas Murdoch Australia), 4) Prof. Dr. Mukhlas Samani, M.Pd. (Universitas Negeri Semarang).
Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd, dalam sambutannya mengatakan, seminar berkelas internasional dengan menghadirkan ilmuwan-ilmuwan dan praktisi dari kampus ternama dunia harus kita hadirkan di Unimed. Agar dapat menstimulasi para dosen, mahasiswa dan praktisi pendidikan di Sumut untuk lebih bersemangat mengembangkan kajian ilmu pendidikan dan ilmu murni. Kampus kita harus bisa menjadi media dalam pengembangan ilmu terbarukan di dunia atau bisa melahirkan temua hasil penelitian yang berkolaborasi dengan ilmuwan luar negeri dalam menghasilkan temuan yang belum tergali di Indonesia. Melalui forum seminar internasional ini saya ajak seluruh civitas Unimed dan para hadirin untuk terus mengaktifkan berbagai kegiatan kajian ilmiah di kampus kebanggaan Sumatera Utara Unimed tercinta.
Ketua Panitia Dr. Rahmad Husien, M.Ed, dalam pembuka mengatakan, seminar ini menghadirkan seorang pembicara utama, 3 pembicara tamu dari Australia, Malaysia, dan Indonesia dan 132 peneliti yg terdiri dari dosen, para guru dan siswa2 dari sekitar 860 partisipan. Para peneliti berasal dari Manado, Palu, Kendari, Malang, Surabaya, Solo, Bandung, Jakarta, Palembang, Jambi, Batam, Pekanbaru, Padang, Aceh, Medan dan Sumatera Utara.Saya sangat berterima kasih yg sebesar-besarnya kepada semua rekan-rekan panitia atas kerjasamanya dalam penyelenggaraan dan penyusunan pelaksanaan seminar ini. Saya berharap seminar ini akan terus berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya dengan lebih banyak lagi menghasilkan artikel-artikel bermanfaat dari para peneliti yg sangat inspiratif, serta menginspirasi kita untuk menghasilkan penelitian terbarukan dalam bidang pendidikan dan kajian ilmu pengetahuan sesuai bidang masing-masing.
Kemajuan teknologi telah turut memperngaruhi peradaban manusia. Dampak dari kemajuan itu, beberapa kebudayaan dan bahasa di sejumlah negara ikut tergerus bahkan mengubah perilaku manusia. Pengerusan budaya tersebut mendapat perhatian dari pakar pendidikan dari Australia, Peter Charles Taylor yang menjadi pembicara tamu pada seminar ini. Dampak tersebut perlu disikapi dari dunia pendidikan. demikian disampaikan Peter dalam seminar Internasional bertajuk “Transformatif Education and Education Ledership”.
Lebih jauh Peter mengatakan akrabnya manusia dengan teknologi menghadirkan tiga konsekuensi. Pertama, perkembangan teknologi telah memicu terjadinya perubahan iklim di segala penjuru bumi. Kedua, lenyapnya beberapa budaya misalnya bahasa. Sebagai contoh, Indonesia memiliki 700 bahasa daerah, namun kini ratusan bahasa daerah itu sudah punah akibat penutur aslinya beramai-ramai meninggalkannya. Ketiga, terjadinya kerusakan alam serta hilangnya semangat menjaga ekologi dan demokrasi. Lantar bagaimana menyikapi persoalan ini. Peter menegaskan, perubahan musti dilakukan lewat pendidikan. Musti ada pemikiran yang cemerlang bagaimana mendidik anak didik kita di abad 21. Tidak hanya dengan transfer materi di sekolah tetapi juga menghadirkan pendidikan alternatif yakni pembelajaran transformatif. “Pendidikan transformatif ini menuntut pengetahuan dan pemahaman budaya kita yang dibarengi dengan multi disiplin ilmu”, kata Peter.
Kedua, sambungnya, agar setiap kita saling mengenal dan memahami satu sama lain. Saling toleransi. Berikutnya, adanya pemahaman dan pemikiran celik terhadap segala hal. Selanjutnya, kita perlu memiliki wawasan yang luas terhadap masa depan, karena hal ini menyangkut pendidikan masa depan. Terakhir, kita perlu menimbang apakah upaya yang akan kita kerjakan itu bisa praktis dan bukan sebatas wacana. “Disinilah pendidikan transformatif membangun karakter”. Pungkasnya.
Salah seorang peserta seminar, Prof. Sri Minda Murni, Guru Besar FBS Unimed setuju dengan pandangan Peter. Menurutnya, persoalan pendidikan di Indonesia bukan hanya masalah terkait karakter. Akan tetapi bagaimana para pendidik yakni guru atau dosen kita hari ini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Diperlukan kerjasama/kolaborasi interdisiplin ilmu. Hal ini dinilai lebih efektif dalam mencarikan solusi praktis atas persoalan pendidikan. (Humas Unimed).