02/08/2016
Medan – Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Negeri Medan yang bekerjasama dengan Universitas Medan Area (UMA) dan Pemkab Serdang Bedagai melanjutkan program Iptek Bagi Wilayah (IBW) tahun kedua dengan memberdayakan potensi masyarakat Serdang Bedagai melalui inovasi mangrove.
Dr. Kustoro Budiarto, ketua LPM Unimed, kepada wartawan di Medan, kemarin, menegaskan Iptek bagi wilayah ini adalah program pemberdayaan masyarakat di daerah binaan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat secara ekonomi melalui inovasi dan teknologi.
“Tahun lalu kita memberdayakan posyandu holistik di 10 desa di Sergai. Caranya kita memberi pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga agar memanfaatkan waktu mereka memproduksi barang-barang yang bisa dijual. Ada income generate (penghasilan tambahan) membantu ekonomi keluarga,” kata Kustoro.
“Nah kemarin, kita memberi pelatihan kepada kelompok usaha bertempat di balai desa Desa Besar II Terjun Serdang Bedagai. Tahun ini kita fokus di ekologi mangrove yang punya nilai ekonomis.”
Seperti tahun lalu, dua dosen FE Unimed memfasilitasi kegiatan ini yaitu Zulkarnain Siregar yang bulan ini akan melaksanakan ujian terbuka program doktor di USU dan satu lagi Armin Rahmansyah Nasution.
Dalam Ipteks Bagi Wilayah (IBW) yang diadakan di Desa Besar II Terjun Sergai itu dibuka Kepala Bappeda Sergai Taufik Batubara, Kepala Desa Besar II Terjun Sulaiman Syah, narasumber Meilinda Suryani dari technical manager Yayasan Gajah Sumatera (Yagasu), kemudian pembimbing teknis juga dari Yagasu.
Taufik Batubara, kepala Bappeda Sergai, menyatakan pelatihan yang diberikan kepada para perajin mangrove di Sergai sebagai bentuk sinergi perguruan tinggi meningkatkan kemampuan masyarakat desa. “Kita memang menggagas desa yang inovatif. Di Sergai ini semua ada. Tuhan memberi Sergai daerah darat dan laut yang luas. Khusus laut, semua sumber dayanya ada di Serdang Bedagai yang merupakan pinggiran pantai.”
“Untuk menciptakan nilai ekonomi dari potensi tersebut dibutuhkan inovasi melalui perguruan tinggi. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan masyarakat mampu menciptakan kreatifitas dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,” jelasnya.
“Kembali lagi, kita ingin masyarakat desa punya kemampuan secara ekonomi untuk membantu ekonomi keluarga. Terutama ibu rumah tangga,” kata Taufik Batubara. “Kami berterimakasih karena Unimed mau mentransfer teknologi dan inovasi sebagai bekal mereka di Sergai meningkatkan pendapatan rumah tangga,” jelasnya.
Sementara Meilinda menyatakan pelatihan yang dilakukan Yagasu melihat fungsi ekologi dan ekonomi mangrove. “Sehingga mangrove dapat dipertahankan sebagai benteng pertahanan ekosistem pesisir.”
Menurutnya, pengenalan manfaat hutan mangrove secara ekonomi tanpa melakukan alih fungsi lahan yang mengakibatkan terbukanya lahan secara besar-besaran dapat diterapkan. “Pada kesempatan ini kita memberi bimbingan teknis kepada kelompok perajin mengolah buah mangrove menjadi makanan yang bernilai secara ekonomi,” jelasnya. “Jadi kita mengolah buah mentah menjadi barang jadi.”
Dalam kesempatan itu 50 peserta dari berbagai desa di Sergai aktif mengikuti pelatihan pemanfaatan mangrove. Dua pembimbing dari Yagasu Hamidah dan Kartika membimbing mereka membuat sirup, kue kering dan makanan olahan lain yang bisa dijual dengan bahan baku mangrove.
Selain pelatihan kelompok perajin juga mendapat bantuan peralatan dan bahan baku mengolah mangrove. Zulkarnain Siregar menyatakan setelah pelatihan ini, akan ada evaluasi dan peninjauan tiga minggu ke depan sudah seperti apa tindak lanjut dari hasil yang mereka terima. “Kita ingin lihat apa ada yang terkendala atau butuh bimbingan lagi. Sampai kemudian mereka bisa menjual produknya,” kata dia.