07/10/2015
Pantai Labu (3/10), Lembaga pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Negeri medan intensif melakukan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan para dosen–dosen berbagai lintas jurusan dan kepakaran yang ada pada masing-masing prodi. Pembinaan yang dilakukan pada kurun waktu 2 bulan yang dimulai pada awal September hingga Oktober melibatkan lebih dari 30 orang dosen, yang melakukan pembinaan kepada masyarakat di Kecamatan Pantai Labu yang berjumlah 19 desa.
Sekertaris LPM Unimed Mukti Hamjah, M.Si yang didampingi Koordinator dan Staf Ahli diantaranya, Amrizal. M.Pd, Izwar lubis, MT, Dedy Husrizal Syah, M.Si dan Irfandi, M.Si, menjabarkan bahwa kegiatan pembinaan ini difokuskan pada potensi yang dimiliki daerah kecamatan pantai labu, untuk dapat dikembangkan secara modern dan memiliki prestise sehingga mampu mendongkrak nilai jual dari dari bahan lokal Pantai labu tersebut. Ada beberapa kegiatan yang menjadi fokus kegiatan antara lain : pembuatan Dodol dari buah Mangrove, selai dari buah mangrove, abon ikan , Bolu mangrove dan Dorayaki dari ubi unggu, jabar beliau.
Selain pengembangan produk kuliner disisi bidang kerajinan pun tak luput dikembangkan kepada masyarakat, antara lain, kerajinan pembuatan hiasan dari kain perca, pembuatan hiasan Pengantin dan hataran pernikahan serta kerajinan sulaman dan jahit menjahit, disini terlihat antuasiasme masyarakat terutama kaum ibu untuk mengikutinya. Hal ini terbukti tidak hanya masyarakat umum saja yang mengikuti pelatihan akan tetapi pegawai kecamatan dan desa juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Pada akhir kegiatan semua produk yang dihasilkan oleh masyarakat lewat bimbingan dosen, LPM Unimed menyiapkan pakar untuk mengemas semua produk tersebut dengan desain kemasan yang apik dan rapi. Setiap produk langsung di desain kemasanya dilokasi pelatihan tersebut secara manual sehingga masyarakat kelompok usaha kecil di Pantai Labu mampu secara maksimal untuk mengemas produknya secara profesional dan menarik. Antusiasme dalam mengikuti pelatihan tidak hanya ditunjukan oleh Masyarakat pantai labu saja akan tetapi aparatur pemerintahan juga iikut berpartisipasi dalam hal kegiatan baik dari camat, kepala desa dan juga tokoh-tokoh masyarakat.
Menanggapi hal tersebut camat pantai labu Bapak Ayub, S.Sos., M.Si didampingi oleh Duta mangrove Nasional Ucok ‘Dogol’ Tambusai dan Ketua PKK Pantai labu, mengungkapkan bahwa beliau menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh LPM Unimed karena programnya langsung menyentuh masyarakat, jadi kegiatan ini menjadi sebuah motivasi serta pengembangan kemampuan masyarakat untuk mengubah mindset yang selama ini hanya mengharapkan pekerjaan sebagai petani dan nelayan serta buruh, akan berubah untuk menjadi enterpenurship yang lebih menjanjikan serta mampu untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean ) 2015 sekarang ini, ungkap beliau.
Camat yakin bahwa produk-produk andalan Pantai Labu yang berbasis potensi lokal mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Untuk memfollow up kegiatan tersebut beliau sudah mempersiapkan kelompok koperasi yang nantinya produk-produk UKM ini akan di pasarkan langsung ke Bandara Kuala Namu lewat angkasa pura II, jadi potensi masyarakat ini akan kita giring dari hulu kehilir, pungkasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh masyarakat dan duta mangrove Nasional yang berdomisili di pantai labu, Ucok ‘Dogol’ Tambusai, bahwa masyarakat pantai labu mengucapkan terima kasih kepada LPM Unimed yang telah memberikan pengetahuannya tentang produk-produk lokal yang ternyata mampu diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi, selama masyarakat tidak tahu kalau buah api-api (Mangrove) mampu dijadikan makanan yang bisa dikonsumsi, untuk dodol, selai, roti dan syirup.
Padahal selama ini masyarakat hanya mengambil batang dan kayunya sebagai bahan bangunan dan kandang ternak ayam, hal inilah yang menjadikan abrasi pantai, cetus beliau. Dengan adanya pelatihan dari LPM Unimed beliau berjanji akan mensosialisasikan ke masyarakat tentang banyaknya kegunaan dari mangrove yang selama ini dianggap masyarakat sebagai tanaman yang tidak produktif menjadi tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, pungkasnya. (Humas Unimed).