07/10/2015
Medan – Fakultas Ilmu Sosial (FIS) melalui jurusan Pendidikan Sejarah menggelar dialog kerukunan antar umat beragama, Selasa (6/10/2015), di VIP Room Serbaguna Unimed. Dialog yang mengangkat spirit keberagaman ini dibahas dari sudut pandang akademis.
Ada dua orang mahasiswa Pendidikan Sejarah Unimed yang menjadi narasumber dalam dialog ini. Keduanya telah menyelesaikan penelitian tentang kerukunan umat beragama. Nuri Hasan Nasution yang meneliti kerukunan antar Islam-Kristen di desa Bunga Bondar, Tapanuli Selatan. Talenta Sidabutar mengkaji spirit Baha’i di Kota Medan. Hasil penelitian empirik kedunya mengungkapkan bahwa perbedaan agama bukan menjadi hal yang dipertentangkan di Sumatera Utara, khususnya di lokasi penelitian mereka.
Wakil Rektor II Dr. Restu, M.S yang membuka acara ini mengatakan, bahwa pertemuan ilmiah dialog kerukunan beragama dan pertemuan lainnya seperti ini adalah suatu hal yang harus kita galakkan bagi civitas Unimed. Kajian-kajian yang harus kita galakkan tidak hanya terkait dengan analisis materi pembelajaran, akan tetapi kajian analisis permasalahan kemasyarakatan. Satu hal dari hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa kita bahwa ada temuan tentang semakin mengukuhkan bahwa pandangan yang mengatakan Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, merupakan kawasan yang multikultural toleran, itu suatu kebenaran. Meskipun ada banyak suku dan agama yang ada, tidak menimbulkan konflik di masyarakat. Kita sering mendengar pendapat para tokoh nasional bahwa masyarakat Kota Medan merupakan contoh dari telah dewasanya masyarakat dalam hal keberagaman. Jika hal ini terus dilakukan berbagai analasis, maka pastinya akan ada temuan terbaru yang dapat diterapkan didaerah lain untuk kemaslahatan kehidupan bermasyarakat.
Dr. Restu juga menyambut baik acara ini karena mengungkap fakta-fakta unik, khususnya tentang keberagaman agama. Menurutnya, ilmu yang dipelajari sama di seluruh dunia. Matematika yang dipelajari di luar negeri sama dengan yang dipelajari di Indonesia. Demikian pula dengan ilmu lainnya. Yang menarik bangsa luar untuk belajar di Indonesia adalah adanya keunikan. Hasil-hasil penelitian seperti yang disajikan dalam acara ini akan jarang ditemukan di luar.
Dekan FIS Dra. Nurmala Berutu, M.Pd dalam sambutannya mengharapkan acara seperti ini lebih sering dilakukan. Dia juga meminta agar yang menjadi topik perbincangan dalam pertemuan ilmiah seperti ini tidak hanya analisis terkait materi perkuliahan, akan tetapi perlu ditingkatkan kepedulian kita terhadap permasalahan sejarah yang kurang dikaji ulang atau permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada. Satu contoh tentang keberagaman suatu kenyakinan yang akan dikaji dalam pertemuan ini. Jika civitas FIS aktif melakukan berbagai pertemuan ilmiah yang membahas banyak hal, maka akan lahir pemikiran baru yang dapat menjadi sumbangsih bagi pengembangan pemahaman masyarakat terhadap apa yang melingkupi permasalahan dalam kehidupannya.
Dialog ini juga menghadirkan Dr. Manu dari komunitas Baha’i, Dr. Irwansyah Betawi dosen perbandingan agama UINSU, dan Dra. Flores Tanjung, M.A, Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed sebagai pembanding. Hadir pula perwakilan Aliansi Sumut Bersatu (ASB), Antropolog Unimed Prof. Bungaran Antonius Simanjuntak, dan ratusan mahasiswa Unimed. (Humas Unimed).